1. Film Dokumenter Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal – hal senyata mungkin. (Adhi Nugroho, 25/8/2013). 2. Film Negatif Warna Film jenis ini adalah yang paling banyak beredar dan dipakai banyak orang. Film ini merekam warna sesuai dengan warna aslinya. Film ini masih bisa diproses di banyak laboratorium foto. Bahan kimia yang digunakan untuk memprosesnya disebut C-41. Beberapa contoh Film negatif warna : Kodak Portra UC 100, Kodak Portra 160 NC dan VC, Kodak Portra 400 NC, VC dan UC, Kodak Portra 800, Fuji Pro 160 C, Fuji NPS 160, Fuji Pro 400 H, Fuji 800 Z. 3. Film Instant Jenis film yang diperkenalkan pertama kali oleh Polaroid yang didesain khusus untuk digunakan pada kamera instant atau aksesori instant back yang dapat dipasang pada beberapa kamera. Film berisi bahan kimia yang diperlukan untuk memproses setelah pengambilan gambar, sehingga hanya perlu beberapa menit untuk melihat hasilnya. Hanya beberapa toycam yang dapat menggunakan film ini, dan diantaranya harus menggunakan aksesories tambahan, beberapa yang dapat menggunakan adalah Holga dengan Holgaroid (yang bisa menggunakan film tipe 600) dan DianaF+ dengan Instaback (yang menggunakan film Instax produksi Fujifilm). Beberapa produsen Film Instant: Polaroid, Fujifilm, Kodak, The Impossible Project 4. Film cinematic Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal daribahasa Latin kinema ‘gambar’. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmuyang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita).Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkangambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage). Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita buku, atau cerita sinetron. Walaupun sama-sama mengangkat nilai esensial dari sebuah cerita, film mempunyai asas sendiri. Selain asas ekonomi bila dilihat dari kacamata industri, asas yang membedakan film dengan cerita lainnya adalah asas sinematografi. Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya karena asas ini berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi berisikan bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata letak properti dalam film, tata artistik, dan berbagai pengaturan pembuatan film lainnya.
Rabu, 08 November 2017
Macam - macam Film
Jumat, 03 November 2017
Tutorial membuat ID CARD
Saya disini akan membuat tutorial tentang pembuatan ID Card
yang perlu kita lakukan adalah :
1.membuka dulu aplikasi untuk membuat idcard, saya disini menggunakan aplikasi Corel Draw X4
2.Menentukan Ukuran dari ID CARD kita , saya dsini menggunakan ukuran 58 X 90 mm
Nb: Saya membuat garis warna hijau untuk batas background,dan warna merah untuk batas tulisan
3.Membuat desain untuk ID CARD sesuai dengan keinginan kita.
4.Menambahkan teks pada desain yang telah kita buat sesuai dengan data ID CARD yang telah kita buat agar tampak menarik
5. jangan lupa menambahkan kolom untuk foto.
Dan terakhir ucapkan Alhamdulillah,tugas satu persatu mulai terselesaikan ((:
yang perlu kita lakukan adalah :
1.membuka dulu aplikasi untuk membuat idcard, saya disini menggunakan aplikasi Corel Draw X4
2.Menentukan Ukuran dari ID CARD kita , saya dsini menggunakan ukuran 58 X 90 mm
3.Membuat desain untuk ID CARD sesuai dengan keinginan kita.
4.Menambahkan teks pada desain yang telah kita buat sesuai dengan data ID CARD yang telah kita buat agar tampak menarik
5. jangan lupa menambahkan kolom untuk foto.
Dan terakhir ucapkan Alhamdulillah,tugas satu persatu mulai terselesaikan ((:
Kamis, 05 Oktober 2017
Penjelasan mode dial semi automatic pada kamera
Penjelasan Mode Dial
P : Kamera secara otomatis mengatur shutter speed dan aperture.
Av : di mode ini kita hanya perlu mengatur settingan menentukan berapa angka aperture yang kita ingin gunakan untuk memotret,sedangkan settingan untuk shutter speed akan di atur sendiri oleh kamera / otomatis. Dan disini kita bisa mengatur setingan iso. Biasa digunakan untuk memotret sesuatu yang tidak bergerak atau stabil.
Tv : di mode ini kita hanya perlu mengatur settingan menentukan berapa angka shutter speed yang kita ingin gunakan untuk memotret,sedangkan settingan untuk aperture akan di atur sendiri oleh kamera / otomatis. Dan disini kita bisa mengatur setingan iso dan lainnya secara manual. Biasa digunakan untuk memotret sesuatu yang bergerak atau banyak motionnya.
M : Memberikan ruang kebebasan untuk kita mengatur kamera sesuai keinginan kita secara manual semua.
Segitiga Exposure
ISO
Pada Fotografi Tradisional (film): ISO (ASA) mengindikasikan seberapa sensitive sebuah film terhadap cahaya, yang diukur berdasarkan angka (tampak pada film – 100, 200, 400, 800, dst). Angka yang kecil menyebabkan sensitivitas terhadap cahaya juga rendah, gambar memiliki butiran halus.
Pada fotografi Digital: ISO mengukur sensitivitas sensor terhadap cahaya. Secara prinsip sama dengan film. ISO yang tinggi umumnya digunakan pada kondisi pencahayaan yang kurang untuk shutter speed yang tinggi (acara sport pada indoor).
Shutter Speed
Adalah alat yang digunakan untuk mengatur kecepatan cahaya yang masuk untuk menyinari film, dibuat dari bahan metal yang tipis dan kuat yang dinamakan shutter blade.
Cara kerja dari shutter blade itu sendiri adalah membuka dan menutup kembali. Pada saat shutter blade terbuka maka cahaya akan masuk dan menyinari film/sensor.
Aperture
adalah bukaan diafragma, yang dibuat dari lempengan lempengan logam yang tipis yang dapat mengatur besar kecilnya lubang diafragma pada lensa dengan cara memutar ring diafragma pada lensa.
Fungsi dari diafragma adalah mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui lensa, serta menentukan ruang tajam yang dipilih.
Pemilihan diafragma inipun sangat dipengaruhi oleh kekuatan cahaya yang menyinari obyek, kecepatan Film (ASA atau ISO) serta shutter speed yang dipilih.
P : Kamera secara otomatis mengatur shutter speed dan aperture.
Av : di mode ini kita hanya perlu mengatur settingan menentukan berapa angka aperture yang kita ingin gunakan untuk memotret,sedangkan settingan untuk shutter speed akan di atur sendiri oleh kamera / otomatis. Dan disini kita bisa mengatur setingan iso. Biasa digunakan untuk memotret sesuatu yang tidak bergerak atau stabil.
Tv : di mode ini kita hanya perlu mengatur settingan menentukan berapa angka shutter speed yang kita ingin gunakan untuk memotret,sedangkan settingan untuk aperture akan di atur sendiri oleh kamera / otomatis. Dan disini kita bisa mengatur setingan iso dan lainnya secara manual. Biasa digunakan untuk memotret sesuatu yang bergerak atau banyak motionnya.
M : Memberikan ruang kebebasan untuk kita mengatur kamera sesuai keinginan kita secara manual semua.
Segitiga Exposure
ISO
Pada Fotografi Tradisional (film): ISO (ASA) mengindikasikan seberapa sensitive sebuah film terhadap cahaya, yang diukur berdasarkan angka (tampak pada film – 100, 200, 400, 800, dst). Angka yang kecil menyebabkan sensitivitas terhadap cahaya juga rendah, gambar memiliki butiran halus.
Pada fotografi Digital: ISO mengukur sensitivitas sensor terhadap cahaya. Secara prinsip sama dengan film. ISO yang tinggi umumnya digunakan pada kondisi pencahayaan yang kurang untuk shutter speed yang tinggi (acara sport pada indoor).
Shutter Speed
Adalah alat yang digunakan untuk mengatur kecepatan cahaya yang masuk untuk menyinari film, dibuat dari bahan metal yang tipis dan kuat yang dinamakan shutter blade.
Cara kerja dari shutter blade itu sendiri adalah membuka dan menutup kembali. Pada saat shutter blade terbuka maka cahaya akan masuk dan menyinari film/sensor.
Aperture
adalah bukaan diafragma, yang dibuat dari lempengan lempengan logam yang tipis yang dapat mengatur besar kecilnya lubang diafragma pada lensa dengan cara memutar ring diafragma pada lensa.
Fungsi dari diafragma adalah mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui lensa, serta menentukan ruang tajam yang dipilih.
Pemilihan diafragma inipun sangat dipengaruhi oleh kekuatan cahaya yang menyinari obyek, kecepatan Film (ASA atau ISO) serta shutter speed yang dipilih.
Sabtu, 16 September 2017
Moving fotografi "Pencuri sapu terbang"
Description Of Merging Photo
Di dunia sihir,terdapat nenek sihir dan teman teman nya ..
Namun terjadi keganjalan pada nenek sihir tersebut, karena sapu terbang nya menghilang
Karna itu pun diambil dari segrombolan anak sekolah yang sedang memasuki daerah nenek sihir itu
Namun ne
Dan tanpa berpikir panjang segrombolan anak sekolah tadi ada yang kabur dan melawan nya ..
Finjani yang mengambil sapu terbang tadi,meninggalkan tempat dengan rizal,zainal dan yogi
Rizal yang berpegangan pada sapu yang finjani naiki,dan zainal duduk di bahu nya rizal ,yogi pun berglantungan di kaki zainal ..
Berbeda dengan yakin,yakin malah menyerang sang nenek sihir tersebut . dengan cara Ia melompat dan menendang kepala sang nenek tadi ..
Namun tidak dengan ayuk dan novi ia malah mendekati sang nenek sihir tersebut,karna mereka ketakutan dan melihat teman-teman nya yang pergi menggunakan sapu terbang dan tanpa ia sadari nenek sihir tersebut ada di depan mata novi dan vivi ..
Sekian Terimakasih ((:
Di dunia sihir,terdapat nenek sihir dan teman teman nya ..
Namun terjadi keganjalan pada nenek sihir tersebut, karena sapu terbang nya menghilang
Karna itu pun diambil dari segrombolan anak sekolah yang sedang memasuki daerah nenek sihir itu
Namun ne
Dan tanpa berpikir panjang segrombolan anak sekolah tadi ada yang kabur dan melawan nya ..
Finjani yang mengambil sapu terbang tadi,meninggalkan tempat dengan rizal,zainal dan yogi
Rizal yang berpegangan pada sapu yang finjani naiki,dan zainal duduk di bahu nya rizal ,yogi pun berglantungan di kaki zainal ..
Berbeda dengan yakin,yakin malah menyerang sang nenek sihir tersebut . dengan cara Ia melompat dan menendang kepala sang nenek tadi ..
Namun tidak dengan ayuk dan novi ia malah mendekati sang nenek sihir tersebut,karna mereka ketakutan dan melihat teman-teman nya yang pergi menggunakan sapu terbang dan tanpa ia sadari nenek sihir tersebut ada di depan mata novi dan vivi ..
Sekian Terimakasih ((:
Rabu, 13 September 2017
Rangkuman tata cahaya dalam fotografi
Tata Cahaya dalam Fotografi
1. Pengertian Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan.
2. Prinsip Dasar Tata Cahaya
Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi video, film, dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back Light
a. Key Light
Pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.Fill Light
b. Fill light
Pencahayaan pengisi, biasanya digunakan untuk menghilangkan bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight. Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key light.
c. Back Light
Pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.
3. Fungsi Tata Cahaya
Tata cahaya yang hadir di atas panggung dan menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir (Mark Carpenter, 1988).
1. Penerangan.
Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata cahaya panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area di atas panggung memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku aktor di atas pentas.
2. Dimensi.
Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi objek akan muncul.
3. Pemilihan.
Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak disinari. Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adeganmenggunakan kamera maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam pementasan tertentu, penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan fokus perhatian pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.
4. Atmosfir.
Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam peristiwa lakon.Tata cahaya mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung, efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya
Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan dengan memilih area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa. Gambar berikut memperlihatkan interaksi fungsi pokok tata cahaya.
Selain keempat fungsi pokok di atas, tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan oleh masing-masing ahli tata cahaya. Beberapa fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam tata cahaya adalah sebagai berikut.
1. Gerak.
Tata cahaya tidaklah statis. Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak dan berpindah dari area satu ke area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak perpindahan cahaya ini mengalir sehingga kadang-kadang perubahannya disadari oleh penonton dan kadang tidak. Jika perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu ke aktor lain dalam area yang berbeda, penonton dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi pergantian cahaya dalam satu area ketika adegan tengah berlangsung terkadang tidak secara langsung disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam suasana yang berbeda melalui perubahan cahaya.
2. Gaya.
Cahaya dapat menunjukkan gaya pementasan yang sedang dilakonkan. Gaya realis atau naturalis yang mensyaratkan detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti cahaya alami seperti matahari, bulan atau lampu meja. Dalam gaya Surealis tata cahaya diproyeksikan untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di luar kenyataan seharihari. Dalam pementasan komedi atau dagelan tata cahaya membutuhkan tingkat penerangan yang tinggi sehingga setiap gerak lucu yang dilakukan oleh aktor dapat tertangkap jelas oleh penonton.
3. Komposisi.
Cahaya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung melalui tatanan warna yang dihasilkannya.
4. Penekanan.
Tata cahaya dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau objek yang dinginkan. Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian penonton sehingga membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang tinggi yang senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan akan menarik perhatian penonton dan menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton menyelidiki maksud dari hal tersebut.
5. Pemberian tanda.
Cahaya berfungsi untuk memberi tanda selama pertunjukan berlangsung. Misalnya, fade out untuk mengakhiri sebuah adegan, fade in untuk memulai adegan dan black out sebagai akhir dari cerita. Dalam pementasan teater tradisional, black out biasanya digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan pergantian set
4. Peralatan Tata Cahaya
Kerja tata cahaya adalah kerja pengaturan sinar di atas pentas. Kecakapan dalam mendisitribusi cahaya ke atas pentas sangat dibutuhkan. Dengan peralatan tata cahaya, kontrol atau kendali atas distribusi cahaya itu dikerjakan. Penata cahaya perlu mengendalikan intensitas, warna, arah, bentuk, ukuran, dan kualitas cahaya serta gerak arus cahaya. Semua kendali itu bisa dimungkinkan karena adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang untuk tujuan tersebut. Penguasaan peralatan wajib dipelajari oleh penata cahaya.
a. Bohlam
Bohlam (bulb, lamp) adalah sumber cahaya. Bagian-bagian dari bohlam terdiri atas envelope, filament, dan base (Gb.204). Envelope adalah cangkang yang terbuat dari gelas kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen dari udara dan mencegahnya dari kebakaran.
Filament merupakan komponen yang mengubah panas listrik menjadi cahaya. Ukuran dan bentuknya bermacam-macam disesuaikan dengan ketahanan panas dan hasil cahaya yang dinginkan. Karena filament menghasilkan cahaya dari panas maka ia juga menjadi lemah karena panas sehingga mudah rusak. Oleh karena itu pemasangan dan pelepasan bohlam hendaknya dilakukan dengan hati-hati apalagi ketika kondisinya sedang menyala. Base, adalah dasaran untuk meletakkan bohlam pada dudukan yang sesuai dan merupakan komponen yang menghubungkan filament dengan arus listrik. Jenis dan bentuk base berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan dudukan yang disediakan pada masing-masing jenis dan merk lampu dari pabrikan tertentu.
b. Reflektor dan Refleksi
Untuk memancarkan cahaya dari bohlam ke objek yang disinari dibutuhkan reflektor. Cahaya yang hanya berasal dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak terarah pancarannya. Dengan reflektor maka pancaran cahaya yang berasal dari bohlam dapat ditingkatkan, diatur, dan diarahkan. Lampu panggung menggunakan tiga jenis reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical, dan parabolic. Reflektor ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips (lonjong) yang mengelilingi lampu sehingga mencipatkan efek pancaran tiga dimensi. Jarak masing-masing sisinya terhadap sumber cahaya tetap. Karena bentuknya tersebut cahaya yang dihasilkan oleh reflektor ellipsoidal memiliki dua focal point (tittik temu fokus cahaya). Focal point 1 berasal dari titik fokus sumber cahaya (bohlam) kemudian memantul kembali ke reflektor yang hasil refleksinya membentuk titik focal point 2 baru kemudian menyebar.
Reflektor spherical memiliki bentuk sisi yang membulat. Jenis reflektor ini memancarkan seluruh cahaya langsung dari titik focal point ke reflektor yang merefleksikannya kembali melalui focal point tersebut sebelum memencar. Jika dibuat garis lingkaran imajiner maka panjang cahaya yang ditempuh masing-masing garis cahaya adalah sama. memperlihatkan refleksi cahaya melalui reflektor spherical.
Reflektor parabolic memiliki bentuk sisi parabola. Reflektor jenis ini merefleksikan cahaya langsung dari atau melalui focal point kemudian menyebar secara paralel membentuk cahaya yang diameternya hampir sama dengan diameter reflector.Dengan demikian, diameter cahaya yang dihasilkan sangat tergantung dengan diameter reflektor. Contoh lampu sehari-hari yang menggu-nakan reflektor parabolic adalah lampu senter.
Selain refleksi yang dihasilkan melalui reflektor, cahaya juga akan mengalami refleksi setelah menyentuh objek penyinaran. Refleksi cahaya yang memantul setelah mengenai objek dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu specular, diffuse, spread, dan mixed. Refleksi specular (seperti cermin) memantulkan arah cahaya tanpa mengubah besaran cahaya alami dari sumbernya.
Refleksi diffuse terjadi ketika cahaya yang mengenai permukaan objek memantul dengan pendar yang merata ke segala arah.Contoh dari refleksi diffuse adalah ketika cahaya diarahkan ke sebuah lukisan dua dimensi.
Refleksi spread sama seperti refleksi diffuse tetapi persentase masingmasing garis cahaya tidak sama. Cahaya yang mengenai objek dengan intens itas lebih tinggi garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain Contoh refleksi spread adalah ketika cahaya mengenai gumpalan aluminium foil.
Refleksi mixed, merupakan refleksi campuran dari diffuse dan specular. Beberapa garis cahaya dipendarkan secara merata ke segala penjuru arah tetapi sebagian garis cahaya dipantulkan seperti cermin .Contoh refleksi mixed adalah ketika cahaya menyinari gagang pintu dari logam, jam tangan emas, atau lantai kayu yang mengkilat.
5. Warna Cahaya
1. TEMPERATUR WARNA (color temperature)
-Tungsten 3600˚K warna yang ditimbulkan ke cenderung kekuningan (YELLOWISH)
- Flourencent 4200˚K warna yang ditimbulkan ke cenderung kehijauan (GREENISH)
- Daylight 5600˚K warna yang ditimbulkan kecendrung kebiruan (BLUISH)
Sehingga untuk mendapati warna yang tepat kita butuh konversi antara sumber cahaya dengan jenis bahan baku hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan FILTER CONVERTION atau dalam teknik kamera dipergunakan WHITE BALANCE.
2. ASPEK-ASPEK UNTUK PERHITUNGAN WARNA YANG BAIK
- HUE adalah predominasi dari sensasionalitas warna, antara warna merah, warna kuning, warna biru. Warna yang normal diharapkan netral atau achromatic.
- SATURATION adalah kestabilan warna dari nilai pudar sehingga warna menjadi murni atau tepat dan tidak pudar. Atau biasa disebut chroma, intensity atau purity.
- BRIGHTNESS adalah bentuk secara luas dari kuantitas cahaya yang diterima subjek.
3. KARAKTER PENCAHAYAAN
A. Hard Light
Perbandingan intensitas antara cahaya yang keras dan cahaya yang lemah cukup tinggi. Karena cahaya yang jatuh menjadi focus pada titik tertentu maka hal ini memberikan dampak pada bagian bayangan akan terlihat sangat jelas. Sehingga akan menimbulkan efek kontras yang sangat tinggi.
B.Soft Light
Sumber cahaya yang jatuh ke permukaan subjek di buat dengan perbandingan antara cahaya yang keras dan cahaya yang lemah cukup rendah.Karena perbandingan yang sangat kecil ini cahaya menjadi rata sehingga bayangan akan terlihat halus atau tidak ada sama sekali.
4. METODE TEKNIS PENCAHAYAAN
A. Direct Light
Sebuah metode dalam menerapkan jatuhnya sumber cahaya secara langsung di arahkan ke permukaan subjek. Dari penerapan seperti ini akan terlihat jelas arah datangnya sumber cahaya.
B. Reflected Light
Sebuah metoda dalam menerapkan jatuhnya sumber cahaya tidak secara langsung tetapi dengan mengarahkan ke bidang lain sehingga cahaya yang jatuh kepermukaan subjek adalah cahaya pantulan. Karena cahaya menjadi halus dan rata maka tidak terlihat jelas arah datangnya.
C. Difused Light
Cahaya baur terjadi ketika sinar matahari tertutup awan, berkabut atau karena debu. Dengan kata lain percampuran cahaya matahari dengan eleman alam lain yang menghasilkan cahaya matahari lembut dan tidak terlalu keras.
5. METODE PEMANFAATAN SUMBER CAHAYA
A. Available Light
Cahaya yang sudah ada di lokasi dengan kondisi permanen dan dimanfaatkan untuk pengambilan gambar. Kondisi putaran waktu yang mempengaruhi cahaya bisa dimanfaatkan baik malam maupun siang (Night-Day).
B. Artificial Light
Adalah cahaya buatan yang mampu dipakai atau memang khusus dibuat untuk kebutuhan pengambilan gambar namun tidak menghilangkan kesan NATURAL.
C. Practical Light
Sumber cahaya yang kita dapati dari cahaya lampu meja, lampu jalanan, lampu kendaraan atau juga lampu kamar, dan di gunakan untuk keperluan pemotretan
D. Pictorial Light
Penerapan pencahayaan dengan kesan BEAUTY ada keseimbangan antara key light, fill light, back light dan background light.
6. LIGHTING STYLE (Gaya Pencahayaan)
A. High Key
Perbandingan cahaya terang dan gelap kecil sehingga kontrasnya rendah.
B. Low Key
Perbandingan cahaya terang dan gelap besar sehingga kontrasnya tinggi.
7. LIGHTING SETTING NATURAL LIGHTING
Natural light adalah jenis pencahayaan alam yang mana cahaya tersebut dihasilkan dari seluruh unsur alam. Unsur utama dalam pencahayaan alami bersumber pada cahaya matahari. Adapun pencahayaan matahari memiliki jam-jam tertentu yang baik untuk digunakan sebagai sumber cahaya dalam pemotretan. Untuk pagi hari antara 08.00 – 10.00 dan untuk sore hari 15.00 – matahari terbenam. Hal ini dikarenakan pada jam-jam tersebut kekuatan sinar matahari tidak terlalu kuat, dan sudut pencahayaannya pun merata. Ada beberapa jenis pencahayaan yang dihasilkan oleh sinar matahari, yaitu :
Direct Light
Cahaya matahari langsung jatuh menimpa objek, berkas cahayanya kuat, terjadi kontras yang mencolok antara bagian yang terkena sinar matahari dengan yang tidak.
Difused Light
Cahaya baur terjadi ketika sinar matahari tertutup awan, berkabut atau karena debu. Dengan kata lain percampuran cahaya matahari dengan eleman alam lain yang menghasilkan cahaya matahari lembut dan tidak terlalu keras.
Windows Light
Masuknya cahaya matahari ke dalam ruangan di pagi hari melalui celah-celah jendela. Guratan jatuhnya cahaya sangat terlihat jelas, ini yang disebut Windows Light. Ciri yang perlu diingat dalam windows light adalah cahaya kontras yang kuat antara bayangan dengan bagian yang terkena cahaya. Objek yang terkena cahaya akan terlihat lebih menonjol.
Reflected Light
Pencahayaan terjadi ketika direct light melalui permukaan tertentu atau adanya objek lainyang membantu proses pemantulan cahaya.
Kualitas dalam pencahayaan itu sendiri di pengaruhi oleh beberapa hal :
a. Keras lemahnya cahaya, sehingga berpengaruh terhadap bayangan
b. Sudut dari cahaya
c. Warna cahaya Cahaya alami adalah salah satu hal yang sangat penting untuk fotografer, dan ini GRATIS untuk semua orang di dunia.
Bagaimana memahami cahaya alami bekerja secara efektif merupakan salah satu kunci di mana kita semua dapat meningkatkan fotografi kita tanpa harus menghabiskan banyak uang untuk membeli peralatan fotografi yang mewah.
1. Sadarilah Karakteristik Perubahan Cahaya Alam
Karakteristik perubahan cahaya alami tergantung pada hari, cuaca, musim atau karena keadaan lainnya. Pada dasarnya ada jenis cahaya yang berbeda pada setiap waktu. Jenis-jenis cahaya yang berbeda akan membuat sebuah adegan (scene) yang sama terlihat sangat berbeda.
2. Jangan Lihat Cahaya Alam dalam hal “baik” atau “buruk”
Banyak dari kita yang hampir diindoktrinasi dengan ide bahwa cahaya yang baik adalah cahaya selama “jam-emas” (pagi dan sore) atau bahkan cahaya keras sekitar tengah hari umumnya dianggap sebagai cahaya terburuk. Pada kenyataannya, ini bisa sangat membatasi kreatifitas Sobat saat memotret. Cahaya “jam-emas” membuat segalanya tampak indah dan magis karena memiliki kualitas lembut dan memiliki efek seperti emas. Kesimpulannya adalah harus bisa melihat berbagai jenis cahaya alami sebagai alat. Tak satu pun dari “alat” yang baik atau buruk, benar atau salah untuk berkomunikasi melalui media fotografi.
3. Terobsesi Dengan Mengamati Cahaya
Perhatikan cahaya dalam kehidupan sehari-hari berinteraksi dengan segala sesuatu di sekitar seperti partikel debu, air, dll. Amati bagaimana perubahan cahaya ketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bagaimana melemparkan bayangan. Amati bagaimana fotografer menggunakan cahaya dalam pekerjaan mereka. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendidik diri sendiri, untuk melatih mata agar mengenali skenario pencahayaan yang berbeda sehingga akhirnya dapat memprediksi jika ada beberapa skenario pencahayaan yang lebih sulit dipahami mungkin terjadi.
4. Lakukan Eksperimen
Bereksperimen tidak selalu harus mengarah pada hasil karya, Tetapi dapat membantu memahami bagaimana cahaya bekerja dalam arti yang sangat praktis. Dengan mengamati dan melihat skenario pencahayaan yang menarik maka hal itu akan terlihat dalam foto-foto. Lakukanlah eksperimen saat itu juga, jangan membuang-buang waktu untuk berfikir, cobalah untuk berbagai tingkatan eksposure dan lihat hasilnya setelah itu.
1. Pengertian Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan.
2. Prinsip Dasar Tata Cahaya
Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi video, film, dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back Light
a. Key Light
Pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.Fill Light
b. Fill light
Pencahayaan pengisi, biasanya digunakan untuk menghilangkan bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight. Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key light.
c. Back Light
Pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.
3. Fungsi Tata Cahaya
Tata cahaya yang hadir di atas panggung dan menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir (Mark Carpenter, 1988).
1. Penerangan.
Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata cahaya panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area di atas panggung memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku aktor di atas pentas.
2. Dimensi.
Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi objek akan muncul.
3. Pemilihan.
Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak disinari. Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adeganmenggunakan kamera maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam pementasan tertentu, penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan fokus perhatian pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.
4. Atmosfir.
Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam peristiwa lakon.Tata cahaya mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung, efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya
Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan dengan memilih area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa. Gambar berikut memperlihatkan interaksi fungsi pokok tata cahaya.
Selain keempat fungsi pokok di atas, tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan oleh masing-masing ahli tata cahaya. Beberapa fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam tata cahaya adalah sebagai berikut.
1. Gerak.
Tata cahaya tidaklah statis. Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak dan berpindah dari area satu ke area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak perpindahan cahaya ini mengalir sehingga kadang-kadang perubahannya disadari oleh penonton dan kadang tidak. Jika perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu ke aktor lain dalam area yang berbeda, penonton dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi pergantian cahaya dalam satu area ketika adegan tengah berlangsung terkadang tidak secara langsung disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam suasana yang berbeda melalui perubahan cahaya.
2. Gaya.
Cahaya dapat menunjukkan gaya pementasan yang sedang dilakonkan. Gaya realis atau naturalis yang mensyaratkan detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti cahaya alami seperti matahari, bulan atau lampu meja. Dalam gaya Surealis tata cahaya diproyeksikan untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di luar kenyataan seharihari. Dalam pementasan komedi atau dagelan tata cahaya membutuhkan tingkat penerangan yang tinggi sehingga setiap gerak lucu yang dilakukan oleh aktor dapat tertangkap jelas oleh penonton.
3. Komposisi.
Cahaya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung melalui tatanan warna yang dihasilkannya.
4. Penekanan.
Tata cahaya dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau objek yang dinginkan. Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian penonton sehingga membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang tinggi yang senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan akan menarik perhatian penonton dan menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton menyelidiki maksud dari hal tersebut.
5. Pemberian tanda.
Cahaya berfungsi untuk memberi tanda selama pertunjukan berlangsung. Misalnya, fade out untuk mengakhiri sebuah adegan, fade in untuk memulai adegan dan black out sebagai akhir dari cerita. Dalam pementasan teater tradisional, black out biasanya digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan pergantian set
4. Peralatan Tata Cahaya
Kerja tata cahaya adalah kerja pengaturan sinar di atas pentas. Kecakapan dalam mendisitribusi cahaya ke atas pentas sangat dibutuhkan. Dengan peralatan tata cahaya, kontrol atau kendali atas distribusi cahaya itu dikerjakan. Penata cahaya perlu mengendalikan intensitas, warna, arah, bentuk, ukuran, dan kualitas cahaya serta gerak arus cahaya. Semua kendali itu bisa dimungkinkan karena adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang untuk tujuan tersebut. Penguasaan peralatan wajib dipelajari oleh penata cahaya.
a. Bohlam
Bohlam (bulb, lamp) adalah sumber cahaya. Bagian-bagian dari bohlam terdiri atas envelope, filament, dan base (Gb.204). Envelope adalah cangkang yang terbuat dari gelas kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen dari udara dan mencegahnya dari kebakaran.
Filament merupakan komponen yang mengubah panas listrik menjadi cahaya. Ukuran dan bentuknya bermacam-macam disesuaikan dengan ketahanan panas dan hasil cahaya yang dinginkan. Karena filament menghasilkan cahaya dari panas maka ia juga menjadi lemah karena panas sehingga mudah rusak. Oleh karena itu pemasangan dan pelepasan bohlam hendaknya dilakukan dengan hati-hati apalagi ketika kondisinya sedang menyala. Base, adalah dasaran untuk meletakkan bohlam pada dudukan yang sesuai dan merupakan komponen yang menghubungkan filament dengan arus listrik. Jenis dan bentuk base berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan dudukan yang disediakan pada masing-masing jenis dan merk lampu dari pabrikan tertentu.
b. Reflektor dan Refleksi
Untuk memancarkan cahaya dari bohlam ke objek yang disinari dibutuhkan reflektor. Cahaya yang hanya berasal dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak terarah pancarannya. Dengan reflektor maka pancaran cahaya yang berasal dari bohlam dapat ditingkatkan, diatur, dan diarahkan. Lampu panggung menggunakan tiga jenis reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical, dan parabolic. Reflektor ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips (lonjong) yang mengelilingi lampu sehingga mencipatkan efek pancaran tiga dimensi. Jarak masing-masing sisinya terhadap sumber cahaya tetap. Karena bentuknya tersebut cahaya yang dihasilkan oleh reflektor ellipsoidal memiliki dua focal point (tittik temu fokus cahaya). Focal point 1 berasal dari titik fokus sumber cahaya (bohlam) kemudian memantul kembali ke reflektor yang hasil refleksinya membentuk titik focal point 2 baru kemudian menyebar.
Reflektor spherical memiliki bentuk sisi yang membulat. Jenis reflektor ini memancarkan seluruh cahaya langsung dari titik focal point ke reflektor yang merefleksikannya kembali melalui focal point tersebut sebelum memencar. Jika dibuat garis lingkaran imajiner maka panjang cahaya yang ditempuh masing-masing garis cahaya adalah sama. memperlihatkan refleksi cahaya melalui reflektor spherical.
Reflektor parabolic memiliki bentuk sisi parabola. Reflektor jenis ini merefleksikan cahaya langsung dari atau melalui focal point kemudian menyebar secara paralel membentuk cahaya yang diameternya hampir sama dengan diameter reflector.Dengan demikian, diameter cahaya yang dihasilkan sangat tergantung dengan diameter reflektor. Contoh lampu sehari-hari yang menggu-nakan reflektor parabolic adalah lampu senter.
Selain refleksi yang dihasilkan melalui reflektor, cahaya juga akan mengalami refleksi setelah menyentuh objek penyinaran. Refleksi cahaya yang memantul setelah mengenai objek dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu specular, diffuse, spread, dan mixed. Refleksi specular (seperti cermin) memantulkan arah cahaya tanpa mengubah besaran cahaya alami dari sumbernya.
Refleksi diffuse terjadi ketika cahaya yang mengenai permukaan objek memantul dengan pendar yang merata ke segala arah.Contoh dari refleksi diffuse adalah ketika cahaya diarahkan ke sebuah lukisan dua dimensi.
Refleksi spread sama seperti refleksi diffuse tetapi persentase masingmasing garis cahaya tidak sama. Cahaya yang mengenai objek dengan intens itas lebih tinggi garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain Contoh refleksi spread adalah ketika cahaya mengenai gumpalan aluminium foil.
Refleksi mixed, merupakan refleksi campuran dari diffuse dan specular. Beberapa garis cahaya dipendarkan secara merata ke segala penjuru arah tetapi sebagian garis cahaya dipantulkan seperti cermin .Contoh refleksi mixed adalah ketika cahaya menyinari gagang pintu dari logam, jam tangan emas, atau lantai kayu yang mengkilat.
5. Warna Cahaya
1. TEMPERATUR WARNA (color temperature)
-Tungsten 3600˚K warna yang ditimbulkan ke cenderung kekuningan (YELLOWISH)
- Flourencent 4200˚K warna yang ditimbulkan ke cenderung kehijauan (GREENISH)
- Daylight 5600˚K warna yang ditimbulkan kecendrung kebiruan (BLUISH)
Sehingga untuk mendapati warna yang tepat kita butuh konversi antara sumber cahaya dengan jenis bahan baku hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan FILTER CONVERTION atau dalam teknik kamera dipergunakan WHITE BALANCE.
2. ASPEK-ASPEK UNTUK PERHITUNGAN WARNA YANG BAIK
- HUE adalah predominasi dari sensasionalitas warna, antara warna merah, warna kuning, warna biru. Warna yang normal diharapkan netral atau achromatic.
- SATURATION adalah kestabilan warna dari nilai pudar sehingga warna menjadi murni atau tepat dan tidak pudar. Atau biasa disebut chroma, intensity atau purity.
- BRIGHTNESS adalah bentuk secara luas dari kuantitas cahaya yang diterima subjek.
3. KARAKTER PENCAHAYAAN
A. Hard Light
Perbandingan intensitas antara cahaya yang keras dan cahaya yang lemah cukup tinggi. Karena cahaya yang jatuh menjadi focus pada titik tertentu maka hal ini memberikan dampak pada bagian bayangan akan terlihat sangat jelas. Sehingga akan menimbulkan efek kontras yang sangat tinggi.
B.Soft Light
Sumber cahaya yang jatuh ke permukaan subjek di buat dengan perbandingan antara cahaya yang keras dan cahaya yang lemah cukup rendah.Karena perbandingan yang sangat kecil ini cahaya menjadi rata sehingga bayangan akan terlihat halus atau tidak ada sama sekali.
4. METODE TEKNIS PENCAHAYAAN
A. Direct Light
Sebuah metode dalam menerapkan jatuhnya sumber cahaya secara langsung di arahkan ke permukaan subjek. Dari penerapan seperti ini akan terlihat jelas arah datangnya sumber cahaya.
B. Reflected Light
Sebuah metoda dalam menerapkan jatuhnya sumber cahaya tidak secara langsung tetapi dengan mengarahkan ke bidang lain sehingga cahaya yang jatuh kepermukaan subjek adalah cahaya pantulan. Karena cahaya menjadi halus dan rata maka tidak terlihat jelas arah datangnya.
C. Difused Light
Cahaya baur terjadi ketika sinar matahari tertutup awan, berkabut atau karena debu. Dengan kata lain percampuran cahaya matahari dengan eleman alam lain yang menghasilkan cahaya matahari lembut dan tidak terlalu keras.
5. METODE PEMANFAATAN SUMBER CAHAYA
A. Available Light
Cahaya yang sudah ada di lokasi dengan kondisi permanen dan dimanfaatkan untuk pengambilan gambar. Kondisi putaran waktu yang mempengaruhi cahaya bisa dimanfaatkan baik malam maupun siang (Night-Day).
B. Artificial Light
Adalah cahaya buatan yang mampu dipakai atau memang khusus dibuat untuk kebutuhan pengambilan gambar namun tidak menghilangkan kesan NATURAL.
C. Practical Light
Sumber cahaya yang kita dapati dari cahaya lampu meja, lampu jalanan, lampu kendaraan atau juga lampu kamar, dan di gunakan untuk keperluan pemotretan
D. Pictorial Light
Penerapan pencahayaan dengan kesan BEAUTY ada keseimbangan antara key light, fill light, back light dan background light.
6. LIGHTING STYLE (Gaya Pencahayaan)
A. High Key
Perbandingan cahaya terang dan gelap kecil sehingga kontrasnya rendah.
B. Low Key
Perbandingan cahaya terang dan gelap besar sehingga kontrasnya tinggi.
7. LIGHTING SETTING NATURAL LIGHTING
Natural light adalah jenis pencahayaan alam yang mana cahaya tersebut dihasilkan dari seluruh unsur alam. Unsur utama dalam pencahayaan alami bersumber pada cahaya matahari. Adapun pencahayaan matahari memiliki jam-jam tertentu yang baik untuk digunakan sebagai sumber cahaya dalam pemotretan. Untuk pagi hari antara 08.00 – 10.00 dan untuk sore hari 15.00 – matahari terbenam. Hal ini dikarenakan pada jam-jam tersebut kekuatan sinar matahari tidak terlalu kuat, dan sudut pencahayaannya pun merata. Ada beberapa jenis pencahayaan yang dihasilkan oleh sinar matahari, yaitu :
Direct Light
Cahaya matahari langsung jatuh menimpa objek, berkas cahayanya kuat, terjadi kontras yang mencolok antara bagian yang terkena sinar matahari dengan yang tidak.
Difused Light
Cahaya baur terjadi ketika sinar matahari tertutup awan, berkabut atau karena debu. Dengan kata lain percampuran cahaya matahari dengan eleman alam lain yang menghasilkan cahaya matahari lembut dan tidak terlalu keras.
Windows Light
Masuknya cahaya matahari ke dalam ruangan di pagi hari melalui celah-celah jendela. Guratan jatuhnya cahaya sangat terlihat jelas, ini yang disebut Windows Light. Ciri yang perlu diingat dalam windows light adalah cahaya kontras yang kuat antara bayangan dengan bagian yang terkena cahaya. Objek yang terkena cahaya akan terlihat lebih menonjol.
Reflected Light
Pencahayaan terjadi ketika direct light melalui permukaan tertentu atau adanya objek lainyang membantu proses pemantulan cahaya.
Kualitas dalam pencahayaan itu sendiri di pengaruhi oleh beberapa hal :
a. Keras lemahnya cahaya, sehingga berpengaruh terhadap bayangan
b. Sudut dari cahaya
c. Warna cahaya Cahaya alami adalah salah satu hal yang sangat penting untuk fotografer, dan ini GRATIS untuk semua orang di dunia.
Bagaimana memahami cahaya alami bekerja secara efektif merupakan salah satu kunci di mana kita semua dapat meningkatkan fotografi kita tanpa harus menghabiskan banyak uang untuk membeli peralatan fotografi yang mewah.
1. Sadarilah Karakteristik Perubahan Cahaya Alam
Karakteristik perubahan cahaya alami tergantung pada hari, cuaca, musim atau karena keadaan lainnya. Pada dasarnya ada jenis cahaya yang berbeda pada setiap waktu. Jenis-jenis cahaya yang berbeda akan membuat sebuah adegan (scene) yang sama terlihat sangat berbeda.
2. Jangan Lihat Cahaya Alam dalam hal “baik” atau “buruk”
Banyak dari kita yang hampir diindoktrinasi dengan ide bahwa cahaya yang baik adalah cahaya selama “jam-emas” (pagi dan sore) atau bahkan cahaya keras sekitar tengah hari umumnya dianggap sebagai cahaya terburuk. Pada kenyataannya, ini bisa sangat membatasi kreatifitas Sobat saat memotret. Cahaya “jam-emas” membuat segalanya tampak indah dan magis karena memiliki kualitas lembut dan memiliki efek seperti emas. Kesimpulannya adalah harus bisa melihat berbagai jenis cahaya alami sebagai alat. Tak satu pun dari “alat” yang baik atau buruk, benar atau salah untuk berkomunikasi melalui media fotografi.
3. Terobsesi Dengan Mengamati Cahaya
Perhatikan cahaya dalam kehidupan sehari-hari berinteraksi dengan segala sesuatu di sekitar seperti partikel debu, air, dll. Amati bagaimana perubahan cahaya ketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bagaimana melemparkan bayangan. Amati bagaimana fotografer menggunakan cahaya dalam pekerjaan mereka. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendidik diri sendiri, untuk melatih mata agar mengenali skenario pencahayaan yang berbeda sehingga akhirnya dapat memprediksi jika ada beberapa skenario pencahayaan yang lebih sulit dipahami mungkin terjadi.
4. Lakukan Eksperimen
Bereksperimen tidak selalu harus mengarah pada hasil karya, Tetapi dapat membantu memahami bagaimana cahaya bekerja dalam arti yang sangat praktis. Dengan mengamati dan melihat skenario pencahayaan yang menarik maka hal itu akan terlihat dalam foto-foto. Lakukanlah eksperimen saat itu juga, jangan membuang-buang waktu untuk berfikir, cobalah untuk berbagai tingkatan eksposure dan lihat hasilnya setelah itu.
Langganan:
Postingan (Atom)